Aku masih ingat rupamu, walaupun sudah
seminggu kita tak bertemu.
Entahlah kenapa aku bisa sampai mau
menulis, kuharap hanya tulisan inilah yang membuat ku bisa bernyali lebih. Hanya
ini dengan ini aku dapat menenangkan hati ku sendiri. Hanya dengan ini aku bisa
tetap mengingatmu .
Buat kamu yang
ada disana...
Gerimis udah mulai reda, hiruk pikuk
di jalanan depan kos ku pun sudah mulai. Mungkin ini malam yang tidak seindah
malam saat satu minggu yang lalu. Malam saat kita pertama kali bertemu.
“Hai”. Dengan kata itulah pertama kami
kamu menyapaku. Aku hanya diam. Hanya membalas dengan senyuman. Terlalu takut,
dan ngak nyangka kalau kamu bakalam bilang itu. Mungkin itu pertanda kalau kamu
mulai risih saat ku perhatikan. Mungkin juga kamu merasa bingung kenapa aku
terus memperhatikan mu.
Aku duduk di depan beranda rumah
sambil terus membayangkan wajahmu. Melihat motor motor lalu lalang sambil tetap
menulis apa isi hatiku malam ini.
Saat itu aku duduk di halaman depan
rumah tempat kita pertama kali bertemu. Sendiri. Sambil melamun, entah apa yang
kulamunkan saat itu.
Kamu datang sambil membawa dua gelas
kopi, lalu kamu menawarkan ku. Sambil tersenyum aku menerima pembirian mu.”Ini
buatanku loh”, sapamu dengan ramah. Aku hanya bisa tersenyum. Kehabisan kata. Akupun
minum dan ternyata kopi itu pahit.”Hehehe. manis ya ?”. Aku hanya dapat
tersenyum.
“Lah, gulanyakan belum di kasih”,
katanya sambil mengeluargan gula bungkusan di saku kanannya. Aku pun langsung
tertawa.”Mungkin karna pengaruh kamu yang buat, makanya manis”, balasku sambil
tersenyum. Dia pun tertawa.
Aku hanya bisa tertawa mengingat
kejadian itu. Tapi hati ini mulai bersedih lagi. Mungkinkah kita bertemu ?, mungkinkah
aku bisa minum kopi buatan mu lagi ?. aku hanya bisa berharap malam itu bisa
terulang lagi.
Kamu pun menuangkan gula itu ke kopi
ku dan punya mu. Romantis. Walaupun kita belum pernah berkenal nama sekalipun. Kamu
bercerita segala permasalahan mu selama kuliah dirantauan. Kamu bercerita
tentang hobimu, makanan kesukaan mu. Tapi aku hanya bisa membalas dengan senyum
dan tawa saja. Aku bingung harus menanggapi mu bagaimana.
Kopi ini begitu cepat dingin, karena
mam ini begitu dingin, tapi entah kenapa kamu begitu menghangatkan ku.
Terlalu sering aku merasakan seperti
ini, terlalu sering aku menyukai orang saat pertama kali bertemu. Ku pikir ini
seperti biasa. Cepat datang dan cepat pula pergi.
Kenangan indah itu tak mungkin bisa ku
lupa secepat itu. Tak mungkin ku hilangkan dalam sekejap. Tak semua malam ku
seindah seminggu yang lalu.
Buat kamu yang
ada disana...
Pernah suatu ketika aku tidak tidur
karena memikirkan mu, terlalu rindu sama kamu. Memikirkan segala gerak gerikmu,
memikirkan setiap detail dirimu, tanpa terlewat sedikitpun. Aku suka sama
lesung pipimu saat tersenyum. Membuat ku makin menyukaimu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar