Rabu, 19 Juni 2013

hujan dan ceritanya

hujan, bahkan kau datang entah membawa rasa rindu atau memhapus senduku.
membawa rasa rindu saat mendengar suara rintikmu membelai indah dedaunan dan jalan aspal itu, membelai indah udara malam dan genting rumah sang pujangga yang sedang asyik merangkai kata kata tentang indah merdu suaramu membelai alam.
kau hapus sendu dalam hati bersama derai air dinginmu menyentuh kulit dan mulai ia melengguh kedinginan, lebih dingin dari nisan yang sedang bersenda gurau diutara sana, ditemani hujaman tajam airmu menggerus lapisan pualam nisan itu.
mungkin bumi juga rindu sang hujan, rindu dan ingin disetubuhi oleh dinginnya, rindu ingin dibelai dingin airnya, rindu ingin dibisik suara merdunya.
kala hujan datang malam ini, bulan, bintang pun mulai menutup diri, membiarkan mendung, dinginnya angin dan hujan yang bercengkrama didalam keindahan malam tanpa bulan dan bintang malam ini.
"bukankah kau sudah menemani pujangga itu dan ia menulis cerita tentang kalian berdua kemarin malam?, sekarang biarkanlah kami yang dituliskannya cerita dan biarkan kami mengobati kegalauannya malam ini" kata mendung pada bulan.
bulanpun mengiyakan dan menutup diri bersama bintang.
"biarkan sang hujan menemani pujangga itu, dia merasa galau malam ini biar hujan yang membantu menghapus perih luka hatinya akibat merindu. biarkan sang mendung menemaninya, dia sedang bersedih malam ini, biarkan mendung merawat gores hatinya yang entah sudah berapakali terluka akibat aku tak mampu menyampaikan rindunya pada wanitanya. biarkan dinginnya angin malam hari ini mendinginkan hatinya, hatinya bahkan lebih panas dari mentari, menahan emosi, menahan rasa rindu dan menahan rasa cemburu pada wanitanya" kata bulan pada bintang.

1 komentar: